FARMAKOLOGI KEDOKTERAN GIGI

January 10, 2010

FARMAKOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Learning Outcome ; menjelaskan, membedakan,
obat-obatan, praktek ked. Gigi,
sistemik maupun lokal
Met Pembelajaran ; Active Learning dan
Student Centered Learning
(Collaborative & Cooperative)

Sarana&Prasarana ; Journal/Majalah Ilmiah
(acuan dlm naskah)
Texbooks
Ruang Diskusi, dll.
FARMAKOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Semua Ilmu yang berhubungan dengan Obat

Penggunaan Obat untuk
Diagnosis
Pencegahan
Penyembuhan ( farmakoterapi )

Memilih dan Menggunakan Obat dengan memperhatikan Khasiat dan Keamananya

Farmakokinetik : Absorbsi
Distribusi
Biotransformasi / Metabolisme
Ekskresi obat
Reaksi tubuh terhadap Obat

Farmakodinamik: Cara kerja obat
Efek obat thd Fungsi tubuh Pengaruh obat thd Biokimia tbh dan Struktur organ
Pengaruh obat terhadap Tubuh ( sel hidup )

Farmakoterapi
Penggunaan Obat untuk Menyembuhkan
Farmakologi
Patofisiologi Penyakit

Kemoterapi
Pengobatan penyakit akibat Mikroba Patogen
Sedikit mempengaruhi Fungsi
dan Struktur organ Tubuh

Contoh : Antibiotik

ANTIBIOTIK
Yanuaris Widagdo

Antimikroba : Obat pembasmi, mikroba yg merugikan manusia
Mikroba : Jasad renik, kecuali Parasit
Istilah lain : Antibiotik ( alamiah )
Kemoterapi ( sintetik )
Antiseptik
Disinfektan
Sanitizer ( disinfektan khusus )
Germisid (bakterisid,fungisid,
virusid,amebisid)

Antimikroba : Memiliki sifat toksisitas yg setinggi mungkin,
(toksik-mikroba,tdk toksik-hospes)

Interaksi Mikroba, Hospes dan Antimikroba :
A. Mikroba thd Hospes = 1.Patogenitas mikroba
2.Reaksi daya tahan H
B. A mikroba thd Mikroba=1.Bakteristatik/sid
2.Resistensi
C. A mikroba thd Hospes =1. Farmakokinetik
2. Farmakodinamik

PEMILIHAN ANTIMIKROBA

1. Spektrum Antimikroba : a. Bakteristatik
b. Bakterisid

2. Mekanisme kerja Antimikroba :
a. Mengganggu metabolisme sel
b. Menghambat sintesa dinding sel
c. Merusak keutuhan membran sel
d. Menghambat sintesa protein sel
e. Merusak asam nukleat sel

3. Sifat kimia Antimikroba

Mekanisme kerja antimikroba :

a. Mengganggu/menghambat metabolisme sel
Sulfonamid
Trimetoprim
Asam p-aminosalisilat (PAS)
Sulfon
Efek antimikroba yg dihasilkan : Bakteristatik

b. Mengganggu/menghambat sintesis ddg sel
Penisilin
Sefalosporin
Bastitrasin
Vankomisin
Restosetin & Sikloserin

c. Mengganggu/merusak keutuhan membran sel
Polimiksin & Polien
Antimikroba Kemoterapetik
(antiseptik surface active agent)
Streptomisin

d. Menghambat sintesis protein sel
Aminoglikosid : Streptomisin
Gentamisin
Kanamisin
Neomisin

Makrolida
Linkomisin
Tetrasiklin
Klorampenikol
Novobiosin
Puromisin

e. Menghambat sintesis asam nukleat
Rifampisin
Asam nalidiksad
Bersifat toksik kurang selektif (sitotoksik)
Praktek Kedokteran Gigi

Permasalahan Klinis

Pengenalan dan Penanganan Infeksi

Proses Penyebaran Infeksi

Keadaan Host

Microorganisme
Streptokokus ( Vridans & Aureus )
Stafilokokus
Gram negatif anaerob
Indikasi Antibiotik

Perawatan & Profilaksis

Sifat antibiotik

a. Spesifik dlm aksi antibakterial
b. Bakterisid
c. Indeks terapi tinggi
d. Sedikit px yg mengembangkan
sensitifitas thd obat
e. Efektif dlm cairan tubuh

Pertimbangan penggunaan Antibiotik
a. Tahu agent infeksi dan sensitifitasnya
b. Status pasien
c. Dosis obat dan durasi terapinya
d. Sensitifitas pasien pada obat tertentu
e. Harga obat

Penicillin
Phenoxymethyl Penicillin atau Penicillin V
Bersifat asam stabil ___ per oral (istimewa)
Terabsorbsi dg swangat baik
Agen Bakterisidal yg ampuh utk infeksi akibat
Gram-positif cocci dan Gram-negatif rods
pada Periodontitis akut

Decloxacillin
Pengganti Penicillin V pd Stapilokokus yg memproduksi Penicillinase
Efektif thd Gram-positif

Oxacillin
Setara dg Decloxacillin dg efektifitas peroral yg bervariasi

Ampicillin
Penicillin berspektrum luas
Tdk seefektif Penicillin thd Gram-positif cocci
Sensitif thd Gram-negatif dan Pseudomonas
Dlm KedGi sbg pengganti Amoxicillin utk profilaksis SBE
Amoxicillin
Spektrum luas
Pengganti preparat Penicillin konvensional
( rekomendasi American Heart Association )
Penyerapan di G.I.Tract cepat & handal

Beberapa Agent Antimikrobial lain
Erythromicyn
Clindamycin
Chephalosporin
Vancomycin
Tetracyclin

FARMAKOLOGI KEDOKTERAN GIGI

Farmakologi–Terapi :

Farmakologi

Farmasi / Kefarmasian

Farmakologi Kedokteran Gigi
Farmakologi :
Bagaimana kerja obat dalam tubuh dan bagaimana efek yang dihasilkan

Farmasi/Kefarmasian :
Cara pemakaian obat dan bentuk-bentuk sedianya

Farmakologi Kedokteran Gigi :
Bagaimana penerapanya dalam bidang kedokteran gigi

NON STEROID ANTI INFLAMATIE DRUGS
( NSAIDS )

ANTIMIKROBA
Antibiotik, Anti Jamur, Anti Virus

KORTIKOSTEROID ( lokal )

ANASTESI ( lokal )

ANTISEPTIK

LAIN-LAIN

ANALGESIK

Tujuan utama tindakan medis,
meringankan penderitaan pasien

Diagnose dan terapi yang akurat

Kewajiban Dokter / Dokter Gigi
Menghilangkan gejala simtomatis

Strategi penyembuhan tergantung pada :
Penyebab rasa sakit
Harapan hidup pasien
Keadaan umum pasien
Kemampuan mentaati perawatan
ANALGESIK

Tujuan pengobatan dgn obat Antiinflamasi :

A. Meringankan rasa nyeri
B. Membatasi/memperlambat kerusakan jaringan

1. Opioid/Opiat (Target kerja – Sentral)
a. Lemah : Codein
Metadon
b. Kuat : Morfin
Meperidin
Heroin

2. Non Opioid ( Target kerja – Perifer )
Aspirin
Acetaminofen
NSAIDS

ASPIRIN
Dulu, gold standart bagi agen antiinflamasi
Skrg, Ibuprofen dan Naproxen
Asam asetil salisilat = asetosol
Antiinflamasi >> Analgesik

Fkinetik, Kadar puncak plasma 1 – 2 jam
Waktu paruh 3 – 5 jam

Fdinamik, Penghambat non selektif isoform Cox secara ireversibel
Menghambat melekatnya granulosit pd vasculatur yg rusak
Menghambat migrasi Leukosit polimorfonuklear dan Makrofag kedlm daerah inflamasi

Eanalgesik, Efektif untuk turunkan nyeri ringan – sedang
Bekerja secara perifer
Memiliki efek antipiretik
Mempengaruhi hemostasis, waktu perdarahan lebih lama

ASETAMINOFEN

Analgesik Antipiretik = Aspirin

Antiinflamasi selektif

Tidak menghambat Agregasi Pletelet
menyebabkan iritasi / perdarahan lambung

Mpk pilihan Antipiretik untuk anak-anak sampai remaja
Pemakaian dlm Kedokteran Gigi

Efektif u/ mengurangi rasa sakit post eksodonsia

Pd dosis terapetik, tdk menyebabkan mual

Pd kasus2 tertentu dikaitkan dgn Trombositopenia

Over dosis = Hepatotoksik

Dosis total perhari yg diperbolehkan 2400mg/hari

DICLOFENAC / DIKLOFENAK

Mpk derivat Asam Fenilasetat

Penghambat Cox relatif non selektif

Memiliki sifat ; Analgesik
Antipiretik
Antiinflamasi

Efek samping ; Ulserasi lambung
Perdarahan Gastrointestinal
IBUPROFEN

Mpk derivat dari Asam Fenilpropionik

Efek Antiinflamasi, 2400mg/hr = 4000mg/hr Aspirin

Efek Analgesik peroral, Toksik dr Aspirin
Pemakaian tdk blh > 1minggu
IMPLIKASI ASPIRIN,ACETAMINOPHEN, NSAIDS
Dalam dunia KEDOKTERAN GIGI

Mengatasi rasa sakit akibat proses patologis seperti Pulpitis, Abses Dentoalveolar dan Pasca perawatan pembedahan

Dengan aksi Antiinflamasinya memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pengurangan rasa sakit

• TESTIMONI PENDERITA SKIZOFRENIA

January 8, 2010

• TESTIMONI PENDERITA
SKIZOFRENIA
OLEH
LILI SUWARDI

• MENDERITA GANGGUAN JIWA BERAT ADALAH …
• … menjadi seorang pengembara di sebuah dunia di mana antara yang nyata dan tidak nyata amat sulit dibedakan, menjadi seorang pecundang yang selalu diserbu pelbagai persepsi menyimpang,…. Setiap hari dilingkupi sepi, tetapi tidak ada seorang pun yang mengerti.
(Janice Jordan)
• AWAL MULA
• Masih dalam kandungan digugurkan → tidak mati
• Sewaktu kecil menderita Sindrom Asperger → baru tahu pada saat dewasa
• Pada saat remaja pernah bunuh diri → tidak ada yg memberitahu sbg pertanda apa
• Menghabiskan sisa SMU dng kesulitan mengikuti pelajaran → tdk ada yg memberitahu sbg gangguan apa
• KE MANAKAH HILANGNYA
WELAS ASIH
• Tetangga mulai meneror
• Saudara lebih banyak tak peduli
• Orang tua tak mengerti

• TIDAK TAHU APA YANG TERJADI
• Tidak ada yang memberi informasi
• Dokter Umum (GP) tidak memberikan diagnosa yang tepat
• TEROMBANG-AMBING
• Puskesmas tidak melayani pasien yang mengalami gangguan psikologis/psikiatrik
• Oleh orang tua diajak ke berbagai paranormal (Kerasukan jin)
• Beruntung seorang paranormal membujuk agar bersedia berobat ke dokter jiwa

• INFORMASI TIDAK JELAS
• Apa nama penyakit saya?
• Mengapa saya hanya diberi obat ini dan itu tanpa diberi penjelasan yang memadai?
• Saat konsultasi yang diperhatikan hanya gangguan saja
• Tidak ada terapi untuk membuka harapan ke masa depan
• HAK AZASI MANUSIA
SELAMA DIRAWAT
• Mengapa kami lebih banyak dikurung?
• Pekerja RSJ/bangsal tidak ramah
• Aksi pemukulan menakutkan
• Fasilitas di RSJ atau bangsal psikiatri tidak memadai
• Rumah sakit kok seperti penjara?
• PERLAKUAN MASYARAKAT SETELAH KEMBALI DARI PERAWATAN
• Dicemooh
• Dijauhi
• Diskriminasi dalam pekerjaan
• Tayangan dan informasi di media massa seringkali menyudutkan
• Mengapa tidak ada informasi dan edukasi yang benar ttg gangguan jiwa?
• MENCARI INFORMASI
• Dilakukan secara mandiri (tanpa disuruh) → karena penasaran
• Membaca apa saja utk mendapatkan informasi (internet, buku, koran, majalah, CD, dsb)
• Kadang-kadang terjadi ketidaksesuaian antara informasi yang didapat dengan pendapat dokter
• SAYA MASIH BERUNTUNG…
• Pernah punya orang tua yang peduli
• Masih punya uang untuk dapat mencari informasi
• Bagaimana nasib orang dengan skizofrenia yang fakir atau yang menggelandang di jalanan? Siapa yang akan menolong mereka?
JIWA YANG RENTAN
DALAM
DUNIA YANG KEJI
• HASIL FGD DI BOGOR
(SINDANGBARANG DAN RSMM)
• Tidak ada kekerasan di tempat perawatan
• Pelayanan yang terdekat, terbaik, dan tepat waktu
• Keluarga tidak membeda-bedakan
• Obat yang terjangkau dan baik
• Half-way house
• Edukasi yang benar kepada masyarakat
• Website ttg gangguan jiwa dlm B. Indonesia
• Destigmatisasi & kampanye antistigma
• Pelatihan kerja
• Pembukaan kesempatan kerja yang luas
• FGD DI ACEH
(RSJ BANDA ACEH)
• Sebagian besar yang mengambil keputusan adalah orang lain
• Masyarakat menghargai dan percaya kepada pasien.
• Ingin punya penghasilan sendiri (bekerja)
• Ingin dihargai keluarga. Keluarga harus percaya kpd konsumen

• Ada fasilitas pengobatan jiwa di tempat terdekat (tdk perlu ke RSJ)
• Tidak ada kekerasan emosional & perlakuan semena-mena dr petugas dan masyarakat (pemasungan dsb)
• Di setiap RSU Kabupaten ada pelayanan keswa

• …Setiap hari dilingkupi sepi, tapi tidak ada seorang pun yang mengerti….
(Janice Jordan)
• SUDIKAH ANDA MENGERTI?
• Anda sekalianlah yang membuat keputusan untuk membuat perubahan
• Ingat! Anda sekalian turut menentukan nasib kami
• Perhatikan nasib kami!

Psikosis Dan Penatalaksanaannya

January 8, 2010

• KASUS 1. TENTANG PSIKOSIS
Seorang penderita laki – laki umur 30 tahun datang ke RS diantar keluarga dengan keluhan : ngamuk, bicara kacau sulit dimengerti pembicaraan tidak nyambung. Pada pemeriksaan di RS penderita dalam keadaan diborgol, pakaian lusuh tidak rapi tampak sorot mata curiga dengan emosi marah dan gelisah. Penderita selalu punya keyakinan bahwa dirinya akan diancam orang tetapi kenyataan tidak benar ( hetero )
• PEMBAHASAN
• Sebagai seorang Dr / Klinisi sikap apa yang harus dilakukan ?
Jawab : Sikap Empati
• Bagaimana testing reality ( penilaian realitas ) pada pasien?
Jawab : Terganggu
• Gejala – gejala psikiatri apa saja yang terjadi pada pasien ini ?
Jawab :
• Ngamuk tanpa sebab yang jelas  disebut raptus
• Bicara kacau, tidak nyambung sulit dimengerti disebut  arus bicara inkoheren
• Pakaian lusuh tidak mengurus diri disebut  abulia
• Emosi marah disebut  iritable
• Penderita tampak gelisah  Psikomotor meningkat
• Penderita mempunyai keyakinan pikiran selalu diancam orang kenyataan tidak benar  disebut waham curiga

• Pada heteroanamnesis, apa yang perlu ditanyakan ?
yang perlu ditanyakan :
• Onset apakah kejadiannya kurang dari satu bulan atau lebih dari bulan ?

• Faktor keturunan / Genetik

• Ciri – ciri kepribadian sebelum sakit, pola asuh

• Penyakit fisik / trauma yang pernah dialami

• Kebiasaan memakai obat terlarang, minum alkohol dsb

• Stres psikososial

Pada pasien tadi didapatkan gejala – gejala :
• Raptus Heteroanamnesis (orang tua)
• Inkoheren Onset : sejak 1 minggu
• Waham curiga Faktor keturunan ada  kakek sakit jiwa
• Mood / afek : iritable Stres sejak melamar pekerjaan
• Psikomotor meningkat Kepribadian agak tertutup (skeroid)
• Insomnia Penyakit fisik, trauma tidak ada.
Kebiasaan menkonsumsi obat, zat miras disangkal

Kesimpulan Diagnosi pasien diatas adalah Psikosis Akut
• PENATALAKSANAAN TERAPI
• Diberikan Haloperidol injeksi 1 ampul i.m
dan Diazepam injeksi 1 ampul i.v

• Dilanjutkan : Haloperidol tab 2 x 2 mg sampai gejala hilang
Bila ada efek samping diberikan Trihexyperidol tab 2 mg

• Psikoterapi Individu

• Terapi / Edukasi pada keluarga

• TEORI PSIKOSIS
Etiologi bersifat Multifaktorial

Organo Biologik – Psikologik – Sosiobudaya

Organo biologik  Gangguan Neuro transmiter
Dopamin, Serotonin , GABA, Genetik

Psikologik  Kepribadian, pola asuh

Sosio budaya  Stres psikososial

• TUGAS PERLU DIJAWAB / DIDISKUSIKAN
• Apa yang disebut dengan : waham, halusinasi, ilusi, abulia, raptus, ambivalensi, tilikan

• Apa beda Psikosis akut dengan Skizofrenia ?

• Apa faktor penyebab psikosis ?

• Apa obat pasien dengan psikosis ?

• Mengapa pelu psikoterapi keluarga, jelaskan ?

• KASUS 2. TENTANG GANGGUAN MENTAL
ORGANIK
Seorang penderita perempuan umur 20 tahun diantar oleh keluarga ke RS dengan keluhan bingung, tidak bisa tidur, gelisah, teriak – teriak. Kelihatan seperti melihat bayangan menyeramkan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya dapat panas tinggi naik turun sejak seminggu, kejadian seperti ini baru pertama kali. Faktor keturunan disangkal , trauma (-), konsumsi obat terlarang (-), sudah berobat ke puskesmas.
• PEMBAHASAN
• Gejala – gejala apa yang terjadi pada pasien ini ?
Gejala yang ada dari autoanamnesa
– Bingung  tidak mengenal orang, waktu, tempat (disorientasi)
– Tidak bisa tidur : Insomnia
– Gelisah : Psikomotor
– Teriak – teriak bicara kacau  Inkoheren
– Kelihatan melihat bayangan seram  Halusinasi visual
• Data informasi dari Heteroanamnesa
Onset : akut sejak 2 hari yang lalu
panas badan sejak 7 hari yang lalu
kejadian baru pertama kali
Ciri kepribadian : cukup terbuka ( biasa )
Faktor keturunan : disangkal
Penyakit fisik : Febris tinggi naik turun
Memakai obat / zat terlarang, trauma : disangkal
Stres psikososial : disangkal
• Pada pemeriksaan psikiatri kasus diatas didapatkan :
• Disorientasi orang, tempat, waktu
• Kesadaran berkabut
• Mood / afek : labil
• Bicara kacau tidak nyambung, sulit dimengerti : inkoheren
• Halusinasi visual
• Psikomotor meningkat
• Gangguan bersifat akut baru pertama kali
• Faktor penyebab Febris tinggi naik turun
• Riwayat NAPZA (-)
• Faktor keturunan (-)
• Kepribadian cukup terbuka

Kesimpulan diagnosis pasien : menderita Gangguan Mental Organik Akut

• Penatalaksanaan terapi
• MRS
Konsul Interne mencari faktor penyebab
Rawat bersama dengan Interne  terepi bidang Interne
diet/infus/sonde/ penurun panas, antibiotik

• Terapi dari bidang psikiatri
Haloperidol 2 mg  2 x 1tab
Bila sulit dapat injeksi 1 m

• Psikoterapi suportif

• Terapi keluarga / edukasi keluarga
• Penyebab Gangguan Mental Organik
• Penyakit infeksi otak, sistemik, hepatitis
• Trauma Capitis
• Gangguan Kardio – vaskuler
• Gangguan Endokrin – diabetes
• Tumor Otak
• Epilepsi
• Toxis
• Tugas yang perlu dijawab dan didiskusikan
• Apa tanda – tanda kesadaran berkabut ?

• Bagaimana memerikasa Orientasi : orang, tempat, waktu ?

• Bagaimana memeriksa adanya gangguan daya ingat jangka pendek dan jangka panjang ?

• Bagaimana memeriksa adanya gangguan konsentrasi?

• Apakah setiap penderita kecelakaan cedera kepala pasti menderita Gangguan Mental Organik ?
Jelaskan !

Psikiatri

January 8, 2010

• PSIKIATRI
Bagian ilmu kedokteran yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan gangguan jiwa dalam hal pengenalan, pengobatan, rehabilitasi dan pencegahan serta dalam hal pembinaan dan peningkatan kesehatan jiwa.

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Maka kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis/serasi dan memperhatikan semua segi-segi dalam penghidupan manusia lain.
• Kepribadian Matang
• Mampu bekerja yang efektif
• Mempunyai teman.
• Menciptakan kebahagiaan
• Pandangan luas

Kepribadian matang melalui fase-fase perkembangan anak secara memuaskan, tidak mengalami trauma.

• Diagnose Gangguan Jiwa
• PPDGJI I → 1973 – 1983 ……..ICD 8

• PPDGJI II → 1984 – 1994 ……..ICD 9

• PPDGJI III → 1994 – 2004 ……..ICD 10

• PPDGJI IV → ?
• Diagnosa Multiaxial
1.Gangguan Klinis
2.Gangguan Kepribadian
3.Gangguan Fisik
4.Stressor Fisikologis
5.Skala GAF (Global Assessment of Functioning)

• Penyebab Gangguan Jiwa
• Faktor Genetik

• Faktor Konstitusi

• Faktor Perkembangan

• Faktor Psikososial

• Gangguan Psikotik
• Kehilangan Fungsi Realitas
-Waham

-Halusinasi

-Bicara kacau

• Gangguan Mental Organik
• Kelainan mental akibat gangguan pada otak.

-Secara langsung

-Secara tidak langsung
• Demensia →Kronik Progresif
• Gangguan daya ingat
• Gangguan daya pikir
• Gangguan orientasi
• Pemahaman
• Berhitung

Demensia
* Demensia Alzheimer
* Demensia Multi-infark
• Gangguan Mental Akibat Narkoba
• Ketergantungan

• Toleransi

• Dosis Pemakaian

• Intoksikasi/ keracunan

• Gejala putus zat
• Faktor-Faktor Ketergantungan

• Adanya obat/zat

• Fungsi keluarga jelek

• Coba mencoba

• Syarat diterima kelompok.
• Gangguan skizoprenia ( Schizos = pecah, Phren = Jiwa)
• Gangguan dalam proses pikir

-Waham aneh

-Halusinasi dengar

-Asosiasi longgar sampai inkoherensia
• Penyebab Gangguan Skizoprenia
• Faktor Keturunan

• Faktor gangguan endokrin

• Faktor gangguan metabolisme

• Faktor kelainan SSP

• Faktor Psikologis
• Jenis-jenis Gangguan Skizofrenia
• Skizofrenia Paranoid
• Skizofrenia Hebefrenik
• Skizofrenia Katatonik
• Skizofrenia Residual
• Skizofrenia Simplek
• Penanganan gangguan skizofrenia → secara Holistik
• Obat anti psikotik

• Psikoterapi

• Manipulasi lingkungan
• Beda
• Gangguan Mood/Afektif
• Suasana perasaan
– Depresi → Tunggal
– Maniak → Bipolar

G. Mood

G. Skizofrenia

• Gangguan Mood
Depresi Maniak

Proses Pikir
Turun Perasaan Naik
Psikomotor
• Penyebab Gangguan Mood
• Keturunan
• Kepribadian PENANGANAN
• Neurologis HOLISTIK
• Bioamine – Obat
• Konstitusi – Psikoterapi
• Psikobiologi – Lingkungan
• Endokrin

• Neurosis/Psikoneurosis
• Konflik-konflik psikologis yang tidak terselesaikan
• Mekanisme pembelaa diri yang salah timbullah gejala-gejala
• Kepribadian kurang matang
• Dasarnya gejala cemas
• Istilah
• Stress/stressor
• Cemas
• Kepribadian
• Konflik
• Waham
• Halusinasi
• Asosiasi Longgar
• Inkoherensi

• Gangguan cemas umum
• Telah berlangsung lama

• Selalu tegang, berkeringat,palpitasi

• Mengganggu fungsi sosial/pekerjaan

• Wanita lebih banyak
• Perbedaan
• Gangguan panik
• Puncak dari kecemasan

• Kumat-kumatan, Spontan tanpa sebab

• Rasa cemas, sesak napas, gelisah

• Seolah-olah akan mati

• Sering datang ke UGD

• Gangguan Fobia
• Rasa takut tidak masuk akal
• Gejala cemas saat menghadapi fobinya
• Pengalaman trauma masa kanak-kanak
• Bila mengganggu fungsi sosial/pekerjaan harus dihilangkan dengan desensitisasi
• Jenis ;
• Agora fobia
• Fobi sosial
• Fobi Simplek

• Gangguan stress pasca trauma
• Mengalami stress luar biasa

• Gejala cemas terutama flash backs, isolasi sosial

• Bisa akut, bisa tertunda
• Gangguan Obsesif- kompulsif
• Obsesif ; Pikiran berulang, dipaksa timbul rasa tidak senang

• Kompusif ; Perilaku berulang untuk menghilangkan obsesinya

• Premorbid/Kepribadian ananastik
• Gangguan penyesuaian
• Reaksi stres akut
• Kejadian mendadak
• Reaksi kaget, bengong
• Hilang dalam jam / hari

• Reaksi berkabung
• Masalah kehilangan
• Gejala cemas dan depresi
• Menghilang dalam 6 bulan
• Gangguan Disosiatif/Konversi
• Kehilangan ingatan masa lalu, identitas, gerakan tubuh
• Trans dan kesurupan
• Kejang konversi
• Anestesia

• Gangguan Somatoform
• Keluhan utama pada fisik
• Tidak ada kelainan organik
• Menolak atas dasar kel. mental
• Frustrasi kedua belah pihak
• Perilaku menipulatip terhadap dokter
• Belanja dokter, pindah-pindah dokter
• Pembagian Gangguan Somatoform
• Gangguan somatisasi

• Gangguan Hipokondrik

• Disfungsi otonom somatoform

• Gangguan nyeri psikogenik

• Penanganan Neurosis
• Psikoterapi

• Obat → anticemas, hati-hati efek ketergantungan

• Manipulasi lingkungan

• Ggn.mental masa kanak dan remaja
• Hiperkinetik
• Gangguan tingkah laku
• Tipe tidak berkelompok
• Tipe berkelompok
• Tipe non- agresip
• Tipe agresif
• Gangguan perkembangan spesifik
• Bukan retardasi mental
• Gangguan membaca, berhitung, bahasa, artikulasi
• Autisme infantil
• Autisme infantil
• Skizofrenia masa kanak ?

• Hidup dalam dunia sendiri

• Komunikasi non-verbal

• Perilaku aneh, stereo tipi

• Anak pintar ?
• Retardasi mental
• Perkembangan intelektual tak pernah mencapai normal

• Beda dengan demensia

• Faktor penyebab dari sebelum hamil, selama hamil, sesudah lahir.

• Nilai 1Q ≤ 70
• Klasifikasi Retardasi Mental
• Retardasi mental ringan → 1Q 50 – 70

• Retardasi mental sedang → 1Q 35 – 49

• Retardasi mental berat → 1Q 20 – 34

• Retardasi mental sangat berat → 1Q 50 – 70
• Kepribadian normal
• Dapat bekerja dengan baik
• Menpunyai teman
• Mengisi waktu luang untuk kebahagiaan
• Pandangan luas

• Gangguan kepribadian
• Tidak mampu menyesuaikan diri
• Tidak fleksibel/kaku
• Ego syntonik
• Jenis-jenis Ggn. Kepribadian
• Gangguan Kepribadian Paranoid
• Gangguan Kepribadian Skizoid
• Gangguan Kepribadian Ekplosip
• Gangguan Kepribadian Anankastik
• Gangguan Kepribadian Antisosial
• Gangguan Kepribadian Cemas
• Gangguan Kepribadian Dependen
• Gangguan Kepribadian Pasif – Agresif
Tidak Matang

GANGGUAN MOOD

January 8, 2010

• PENDAHULUAN
• 3-5 % Populasi dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan mood

• Dua (2) bentuk gangguan mood dikenal depresi dan mania

• Gangguan Mood
 Mood mungkin : normal, tinggi atau terdepresi.

 Orang normal :
– mengalami berbagai mood
– memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya
– mampu mengendalikan
– mood dan afeknya.

 Gangguan mood kondisi klinis :
– ditandai hilangnya perasaan kendali subyektif adanya penderitaan berat.

 Gangguan mood yang meninggi (elevated) (yaitu mania) :
– menunjukkan sikap meluap-luap
– gagasan yang meloncat-loncat (flightof ideas)
– penurunan kebutuhan tidur
– peninggian harga diri
– gagasan kebesaran.

 Gangguan mood depresi merasakan: – hilangnya energi-energi dan minat – perasaan bersalah
– kesulitan berkonsentrasi
– hilangnya nafsu makan
– pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

 Tanda gejala lain dari gangguan mood :
– perubahan tingkat aktivitas – kemampuan kognitif
– pembicaraan dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu makan , aktivitas seksual dan irama biologis lainnya).

• KLASIFIKASI
• Dibedakan (berdasarkan DSM IV)

– Ada atau tidaknya mania (bipolar/unipolar)

– Beratnya penyakit mayor atau minor

– Kondisi medis atau psikiatrik lainnya sbg penyebab ggn (primer/skunder)

 Gangguan Mood mayor :
– Depresi mayor dan atau
gejala manik

– Ggn Bipolar (manik-depresi)-mania pada masa lalu atau saat ini (atau tanpa adanya depresi atau riwayat depresi)
Ggn Bipolar hipomania dan depresi mayor hrs ada saat ini atau pernah ada
– Ggn Depresi mayor-depresi berat saja

 Ggn mood akibat kondisi medis umum dan ggn mood yg diinduksi zat (ggn mood skunder)

 Ggn penyesuaian dgn mood depresi : depresi yg disebabkan adanya stresor
• Gambaran klinis Gangguan Mood
• Ggn mood mayor :
– jml G/ dan tanda yg lebih banyak
– keparahan yg lebih berat

• Gejala2 depresi :
– Gbr emosi
• Mood depresi, sedih atau murung
• Iritabilitas, ansietas
• Anhedonia, kehilangan minat
• Kehilangan semangat
• Ikatan emosi berkurang
• Menarik diri dr hub. Interpersonal
• Preokupasi dgn kematian

– Gbr Kognitif
• Mengkritik diri sendiri,Perasaan tidak berharga, rasa bersalah
• Pesimis, tdk ada harapan, putus asa
• Perhatiannya mudah beralih, konsentrasi buruk
• Tidak pasti dan ragu2
• Berbagai obsesi, keluhan somatik(trtm ortu0
• Gangg memori, waham dan halusinasi
– Gbr vegetatif
• Lesu tdk ada tenaga
• Insomnia /hipersomnia
• Anoreksia/hiperpireksia
• Penurunan/penambahan berat badan
• Libido tgg, variasi diurnal yg sering
• Konstipasi
• Kulit dan mulut kering

Tanda Lainnya
• Berhenti dan lambat bergerak
• Wajah sedih dan selalu berlinang airmata
• Agitasi psikomotor
• Retardasi psikomotor

• Gejala2 Mania (bila bkn psikotik dan tdk cukup berat u/ megg fs pekerjaan/sosial=hipomania)

– Gbr emosi
• Mood meningkat, eforia
• Emosi labil
• Perub sementara yg cepat kjd depresi akut
• Iritabilitas, toleransi thd frustasi rendah
• Menuntut dan egosentrik

– Gbr Kognitif
» Harga diri meningkat, grandiositas
» Ggn bicara, kata berirama dan diucapkan dgn keras (klanging)
» Desakan pembiaraan
» Lompat ggs
» Kdg2 inkoheren
» Daya nilai buruk, disorganisasi
» Paranoia
» Waham dan atau halusinasi

– Gbr Fisiologik
• Tenaga meningkat,
• Insomnia, keb. Tidur berkurang
• Nafsu mkn menurun

– Tanda Lainnya
• Agitasi psikomotor

• GANGGUAN MOOD SPESIFIK LAINNYA

DEPRESI
– terdapat penurunan mood atau anhedonia, merupakan gangguan distimik (DSM IV)
– P:L = 2-3 : 1
– Srg pertama kali usia 20 atau lbh
– Prev. 6 %
– Srg dgn predisposisi depresi :
– kehilangan besar pd masa kanak-kanak
– baru saja mengalami kehilangan
– Stres Kronis
– Kerentanan psikiatrik (ggn kepribadian histrionik, kompulsif, dependen, penyalahgunaan alkohol, depresi berat yg menglami remisi parsial, ggn obsesif kompulsif)

GANGGUAN DISTIMIK

• serupa dgn ggn depresi mayor tp tdk seberat ggn depresi mayor
• 20%/lebih pasien depresi mayor tdk sembuh sempurna dan secara kronis menderita g/ sisa berupa ggn distimik (depresi ganda)
• Ggn distimik hrs dibedakan dengan :
ggn penyesuaian dgn mood depresi
– Tjd pd individu yg sblmnya berfs baik segera stlh mengalami stres yg dpt diidentifikasi, mengakibatkan ggn fs dan sembuh stlh stres hilang
– Sindrom depresi di pertengahan antara sedih normal dgn depresi mayor
– Bl perasaan cemas muncul menyertai depresi pasien dinyatakan mengalami GGN PENYESUAIAN DGN GAB ANSIETAS DAN MOOD DEPRESI
• Ggn distimik hrs dibedakan dengan :
– ggn penyesuaian dgn mood depresi
– Tjd pd individu yg sblmnya berfs baik segera stlh mengalami stres yg dpt diidentifikasi, mengakibatkan ggn fs dan sembuh stlh stres hilang
– Sindrom depresi di pertengahan antara sedih normal dgn depresi mayor
– Bl perasaan cemas muncul menyertai depresi pasien dinyatakan mengalami GGN PENYESUAIAN DGN GAB ANSIETAS DAN MOOD DEPRESI
HIPOMANIA
• GGN SIKLOTIMIK
– Keadaan depresi ringan dan hipomania, terpisah atau tercampur, terus-menerus, atau hilang timbul, berlangsung paling sedikit dua tahun.

– Mulai pd usia 20-an (L:P = 1:1) dgn riw keluarga mengalami ggn afektif mayor dan btk2 ggn kronis yg mengganggu hub interpersonal, pekerjaan tdk stabil, kdg2 ada usaha bunuh diri, mdpt perawatan singkat di RS, ada peningkatan penyalahgunaan obat dan alkohol

• GANGGUAN MOOD MAYOR
• Depresi Mayor
– Tampilan klinis bervariasi yaitu sgt retardasi, sgt menarik diri, iritabel dan agitasi
– Variasi diurnal lazim yaitu g/ plg berat pd pagi hari.
– Ggn pikiran kdg2 dpt ditemukan, waham biasanya dipenuhi afek dan sesuai dgn mood, halusinasi menyalahkan diri sendiri atau berisi ide-ide paranoid, Depresi psikotik dpt memperlihatkan ggn yg terpisah atau hanya menunjukkan depresi yg lbh berat, ortu ; retardasi, ggn memori, disorientasi ringan(pseudodemensia)
– Tjd semua stad umur, onset rata2 20-an, 10 % tjd stlh umur 60-an, sbgn besar kasus adl usia dws (P:L = 2:1)
– Tjd pd strata sosial ekonomi lbh tinggi

– Tjd semua stad umur, onset rata2 20-an, 10 % tjd stlh umur 60-an, sbgn besar kasus adl usia dws (P:L = 2:1)
– Tjd pd strata sosial ekonomi lbh tinggi
– Penelitian pd kembar dan keluarga : peran genetik yaitu tinggiya insiden depresi mayor, alkoholisme, ggn kepribadian antisosial pd saudara penderita depresi
– Prev. afektif berat pd saudara kandung 13%, pop. Umur 2-4 %, 30-40% kembar identik adalh konkordan u/ depresi unipolar

– < 50 % pasien mengalami satu episode, 50-60% dua kali serangan/lebih, bbrp sembuh sempurna diantara episode, 20% tetap dgn depresi ringan, 10% depresi berat scr kronis
– Srg mrp ggn satu siklus, srg kambuh, sbgn besar dgn ggn berulang akan sembuh stlh 1-2 dekade sdg sisanya ttp terganggu scr kronis
– Depresi postpartum : 1-2 dan 4 mgg stlh melahirkan, beresiko u persalinan berikutnya
– Ggn afektif mnrt musim(SAD=Seasonal Affective Disoder) : depresi maayor dgn pola musiman, g/ depresi atipikal, P:L = 2-4:1)

• GANGGUAN MOOD AKIBAT KONDISI MEDIS UMUM
• Penyakit medis yg cenderung menimbulkan ggn mood :
– Depresi
• Tumor
• Infeksi-influenza
• Ggn endokrin-peny cushing, hipotiroid, hipertiroid apatis, hiperparatiroid, diabetes, sindr turner
• Darah-anemia(pernisiasa)
• Nutrisi dan elektrolit-pelagra, hiponatremia, hipokalemia, hiperkalsemia, ADH tdk sesuai
• Lain-lain-MS, penyakit parkinson, trauma kepala, stroke, peny huntington dini, MI, sindr prehaid, menopause
– Mania
• Tumor-otak
• Infeksi-ensefalitis, influenza, sifilis
• Lain-lain-MS, wilson, trauma kepala, epilepsi psiomotor, hipertiroid
• GANGGUAN MOOD YG DINDUKSI ZAT
• Akibat penyalahgunaan zat
• Depresi
– Alkohol, hipnotik sedatif, opioid, PCP
– Medikasi-kontrasepsi oral, kortikosteroid, reserpin(6% pasien), alfa-metildopa, guantidin, levodopa, indomeasin, benzodiazepin, opiat, simetidin, propanolol, antikolinesterase, putus amfetamin
– Lain-lain-keracunan logam berat
• Mania
– Obat2 yg disalhgunakan-kokain, amfetamin, halusinogen, PCP
– Medikasi-steroid dan L-dopa
– Lain-lain-organopospat, penyulingan petroleum
• ETIOLOGI
– faktor biologis
– faktor genetika
– faktor psikososial

FAKTOR BIOLOGIK
Gang. mood adl. berhubungan dengan disregulagi heterogen pada amin biogenik.

 Amin biogenik. Norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gang. mood.
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi yang metabolit serotonin didalam cairan serebrospinalis yang rendah dan konsentrasi ambilan serotonin yang rendah di trombosit, seperti yang diukur oleh imipramin (Tofranil) yang berikatan dengan trombosit.

 Gangguan tidur : Latensi REM pendek-waktu antara masuk tidur dgn mulai tidur REM (suatu indikator plg baik); sering terbangun, terbangun dini hari, penurunan tidur NREM; peningkatan densitas REM (frekuensi gerakan bola matacepat pd tidur REM). Semua ini mjd indikator bg org yg rentan thd depresi
 Mendalilkan pd abnormalitas norepinefrin dan serotonin

• TEORI PSIKOLOGIK
• Teori Psikoanalitik(Freud)
– Pasien depresi menderita kehilangan obyek cinta yg ambivalen, baik nyata atau imajinasi, mereka bereaksi dgn kemarahan yg tdk disadari dan kmd diarahkan kpd diri sendiri, dan ini menyebabkan penurunan harga diri dan depresi

• Teori Kognitif
– Mendalilkan suatu trias kognitif pd persepsi yg terdistorsi yaitu (a) interpretasi negatif seseorang ttg pengalaman hidupnya;(b) menyebabkan penurunan nilai dirinya; ( c ) sehingga menyebabkan depresi

• Gangguan Bipolar

– Sblmnya mengalami depresi mayor jg mengalami episode hipomanik, tp tdk pernah sd benar2 manik
– Episode manik pertama srg< 30 th, cepat dan membaik dlm 2-4 bln apabila tdk diobat, bunuh diri 20% saat periode depresi, pd periode manik srg dgn pelanggaran hukum, penyalahgunaan obat serta alkohol, bunuh diri
– Resiko seumur hidup 1 %
– Perempuan dgn riw keluarga dgn ggn mood, 10 % atau lebih dpt berkembang mjd ggn bipolar I yg nantinya mengalami episode manik
– Bersifat genetik saudara kandung : ggn bipolar 5-10%, depresi mayor mayor 10% dan siklotimia
– Kembar identik kemungkinan konkordan u/ ggn bipolar adl 70%/lbh
– P:L = 1:1
• DIAGNOSIS BANDING
• DEPRESI
– Ggn Skizofrenia
– Ggn Skizoafektif
– Ggn Cemas menyeluruh
– Alkoholisme dan ketergantungan Zat
– Ggn Obsesif kompulsif, Ggn kepribadian ambang dan histrionik
– Demensia
• MANIA
– Ggn Skizofrenia
– Ggn Skizoafektif
– Ggn kepribadian ambang

• MANIA
– Ggn Skizofrenia
– Ggn Skizoafektif
– Ggn kepribadian ambang

• PENATALAKSANAAN DEPRESI
• Perlu px medis dan psikiatris(menyisihkan depresi skunder dan berusaha mengidentifikasi sindrom afektif)
• Tanyakan gambaran vegetatif
• Evaluasi potensi u/ bunuh diri
• Rawat pasien yg :
– Mengalami ketidakmampuan akibat ggn ini
– Lingk. Rumah yg destruktif/dukungan terbatas
– Beresiko bunuh diri
– Peny. Medik terkait yg memerlukan penatalaksanaan
• Psikoterapi dan bbrp mdptkan terapi fisik
• Terapi Psikologik
– Psikoterapi Suportif
– Terapi Kognitif perilaku
– Deprivasi tidur parsial

• Terapi fisik
• Antidepresan : mulailah dgn SSRI /antidepresan terbaru, bl tdk berhasil antidepresan trisiklik/MAOI(depresi atipikal)/ kombinasi
• Litium u/ ggn bipolar, mania dan mungkin bermanfaat dlm pengobatan depresi bipolar akut dan bbrp depresi unipolar

• Antikonvulasan u/ kondisi akut tp krg efektif u/ rumatan, antidepresan dan litium dpt dimulai scr bersama2 dan litium dpt diteruskan stlh remisi
• ECT mrp terapi terpilih
– Bila obat tdk berhasil stlh satu atau lbh dr 6 mgg pengobatan
– Kondisi pasien menuntut remisi segera
– Bbrp depresi psikotik
– Tdk dpt mentoleransi obat

• TERAPI MANIA
• Periksa adanya penyakit medis, penggunaan obat2an, riw manik.
• Hipomanik :
– antipsikotik ds rendah, jk pendek(haloperidol 2,5 mg/hari)
– tp andalkan litium atau antikonvulasan jk panjang,
– rawat jalan, kerjasama dgn keluarga.
• Manik :
– Dirawat
– Antipsikotik(haloperidol 10-40mg slm 24 jam pertama), pertimbangkan BDZ tahap awal, ECT
– Bersikap santai, masuk akal dan terkontrol, lingk tenang dgn stimulus minimal.
– Litium karbonat, bl gagal karbamazepin, asam valproat atau antikonvulsan lain.

• SOMATOFORM DISORDERS

January 8, 2010

• SOMATOFORM DISORDERS
• Repeated presentation of physical symptoms
• Persistent requests for medical investigation
• The symptom have no physical basis
• Resists attempts to discuss the possibility of psychological caution
• Attention-seeking behavior
• Frustrating for both patient and doctor
• ETIOLOGY
• Neurobiological; result from dysfunction in the neuron endocrine systems
• Psychodynamic; the outward expression of underlying, internal psychological conflicts
• Cognitive behavioral; the symptoms arise from incorrect belief about bodily sensations
• Socio cultural; individuals learn to express disease and distress in culturally sanctioned ways
• PREVALENCE
• Somatoform is frequently encountered in primary care clinic; (25-35)% anxiety or depression, and (50-80)% physical symptom
• Other studies; 22%
• One study found that no organic cause was found in 80% (dizziness, chest-pain, and fatigue)
• SOMATIZATION DISORDER
At least 2 years of multiple and variable physical symptoms for which no adequate physical explanation has been found
Persisted refusal to accept the advice or reassurance of several doctors that is no physical explanation for the symptoms
Some degree of impairment of social and family functioning
• HYPOCHONDRIACAL DISORDER
• Persistent belief in the presence of at least one serious physical illness underlying the presenting symptom or symptoms, even though repeated investigations and examinations have identified no adequate physical explanation, or a persistent pre- occupation with a presumed deformity or disfigurement
• Persistent refusal to accept that there is no physical illness
• SOMATOFORM AUTONOMIC DYSFUCTION
• Symptoms of autonomic arousal (sweating, palpitation, tremor, flushing)
• Additional subjective symptoms referred to a specific organ or system
• Preoccupation about the possibility of a serious disorder
• No evidence of a significant disturbance of structure or function of the stated system or organ
• Heart and cardiovascular system (cardiac neurosis, Da Costa’s syndrome)
• Upper gastrointestinal tract
• Lower gastrointestinal tract
• Respiratory system
• Genitourinary system
• Other organ or system
• TREATMENT
• Most often present to the primary care setting and are resistant to psychiatric referral
• Development of an empathic, trusting relationship
• Psychotherapy (cognitive-behavioral therapy or CBT)
• Medication (gabapentin, clomipramine, fluvoxamine)
• MANAGEMENT OF SOMATOFORM
• Take a detailed history, perform a physical examination and order appropriate diagnostic studies
• Screen individuals with multiple somatic complains for psychiatric disorders
• Integrate the patient’s physical and psycho social concern by inquiring not only about somatic symptoms but also about other events in the person’s life
• Develop an emphatic relationship
• Never challenge the validity of the patient’s somatic symptoms
• Do not utilize psychological label for the patient’s symptoms
• Schedule the patient for appointments at regular intervals
• Establish realistic expectations
• Care for yourself

GANGGUAN TIDUR NON ORGANIK

January 8, 2010

 Sepertiga waktu hidup manusia untuk tidur
 Saat tidur : mata menutup(sadar/tak sadar), pupil mengecil, otot melemas, denyut jtg melemah, tek drh menurun, metab.tubuh melambat
 Dua teori tidur
 Mekanisme penyesuaian dan perlindungan
 Periode istirahat yang berfungsi membuat energi

 Ortu tidur lbh sedikit
• KEBUTUHAN TIDUR YG NORMAL
• Tdk sama pd setiap orang
• Ada 2 klpk :
– Short sleepers : tidur kurang dari 6 jam
– Long sleepers : tidur lebih dari 9 jam

• Profil psikologik (dgn CMI dan MMPI)
– Short sleepers :
Energik, efisien, ambisius, pandai bergaul, cuek thd mslh umum, memiliki rasa puas diri dan dpt dikatakan bebas dr psikopatologi
– Long sleepers :
Score lbh tinggi u skala anxietas, alam perasaan yg patologik, introversi sosial, score rendah u skala kebohongan, pemalu, bnyk kekawatiran, bnyk berpikir ttg masa depan, diri sendiri, mslh umum yg tdk perlu dirisaukan, ada psikopatologi ringan spt ansietas dan depresi ringan

• Bayi normal : 16-18 jam, dewasa : 7-8 jam, Ortu : 4-6 jam
• PERUBAHAN FAALI TUBUH PADA TIDUR NORMAL
FASE TIDUR DAN EEG
 Fisiologi tidur dpt dijelaskan o/ gbrn aktivitas sell otak yg dpt direkam dgn EEG
 Untuk merekam tidur dgn EEG Polygrafi :
 Merekam gbrn aktivitas sel2 otak(EEG)
 Merekam tonus otot (EMG)
 Untuk EEG hanya ditempatkan pd 2 daerah saja : daerah fronto sentral dan oksipital

• FASE TIDUR
 Fase Jaga (Fase Wake = wake)
EEG : Pd keadaan relaks, mata tertutup, gbrn didominasi glb alfa, tdk ada kumparan tidur dan kompleks K
EOG : Grkn mata berkurang, kdg2 terdpt artefak gerakan bola mata
EMG : Kdg2 tonus otot meninggi

 Fase 1
EEG : Biasanya tdr dr glb Alfa, Beta, kdg Theta, tdk ada Kumparan tidur, Kompleks K atau glb Delta
EOG : Tak terlihat aktivitas bola mata yg cepat
EMG : tonus otot menururn dr stad W

 Fase 2
EEG : Tdr dr glb campuran Alfa, Theta dan Delta, ada Kumparan Tidur dan Kompleks K (Kompleks K : glb negatif yg diikuti glb positif erlangsung kira2 0,5 dtk, biasanya diikuti glb cepat 12-14 Hz, persentase glb delta yg amplitudonya diatas 75 mV kurang dr 20%
EOG : tdk terdpt aktivitas bola mata yg cepat
EMG : kdg2 terlihat peningkatan tonus otot scr tiba2 menunjukkan bahwa otot2 tonik blm seluruhnya dlm keadaan relaks
 Fase 3
EEG : persentase glbg Delta berada 20-50%, tampak Kumparan Tidur
EOG : tak tampak aktivitas bola mata cepat
EMG : gbr tonus yg lbh jelas dr std 2

 Fase 4
EEG : pesentase glb delta >50%, tampak kumparan tidur
EOG : tak tampak aktivitas bola mata yg cepat
EMG : Tonus otot menurun drpd std sblmnya

 Fase REM
EEG : glbg campuran Alfa, Beta, That, tak tampak Glb Delta dan Kumparan Tidur serta Kompleks K
EOG : terlihat gbr REM (Rapid Eye Movement) yg khas
EMG : tonus otot sgt rendah
• PERNAFASAN DAN SIRKULASI SISTEMATIK
• Tidur dlm diikuti menurunnya sensitifitas pusat perbatasan thd CO2
• Pd tidur REM sensitifitas ini meningkat ok peningkatan akivitas neural
• Pd tidur awal tjd penurunan tek drh sistemik, pd ortu tjd ggn sistem pdrhn kolateral shg timbul bercak2 infark di otak yg scr klinis tampil sbg g/ confusion
• Pd tidur REM tjd peningkatan tek darah shg pengaruhi kec aliran drh
• INSOMNIA NON-ORGANIK
• Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti :
 Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk;
 Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan;
 Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.

 Ketidak-puasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
• HIPERSOMNIA NON-ORGANIK
• Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
 Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/”sleep attacks” (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang) dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness)
 Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari satu bulan atau berulang dengan kurun waktu yang pendek, menyebabkan penderitaaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.

 Tidak ada G/ tambahan “narcolepsy” (cataplexy, sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau bukti klinis untuk “sleep apnoe” (noctural breath cessation, typical intermittent snoring sound, etc)

 Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk disiang hari.

• Bila hipersomnia hanya mrp salah satu gejala dari gangguan jiwa lain, misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis sesuai dgn gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia mrp keluhan yang dominan dari penderita dgn gangguan jiwa lainnya.
• SOMNABULISME (SLEEPWALKING)
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
 Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan (kesadaran berubah)
 Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face), relati tak memberikan respon terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.

 Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi.
 Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bagun dari episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat

 Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik
• Somnabulisme harus dibedakan dari serangan Epilepsi Psikomotor dan Fugue Disosiatif.
• TEROR TIDUR (NIGHT TERRORS)
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
 Gejala utama : satu/lebih episode bangun dari tidur, dimulai dgn berteriak karena panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar dan hiperaktivitas otonomik jantung berdebar-debar, napas cepat, pupil melebar dan berkeringat.
 Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1 – 10 menit dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam
 Secara relatif tidak bereaksi thd berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan teror tidurnya, dan kemudian dalam beberap menit setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan berulang
 Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal (biasanya terbatas pada satu atau dua bayangan-bayangan yang terpilah)
 Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik
• Teror tidur harus dibedakan dari Mimpi Buruk yang biasanya terjadi setiap saat dalam tidur, mudah dibangunkan dan teringat dengan jelas kejadiannya

• Teror tidur dan somnambulisme sangat berhubungan erat, keduanya mempunyai karakteristik klinis dan patofisiologis yang sama.
• MIMPI BURUK (NIGHTMARES)
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
 Terbangun dari tidur malam atau siang berkaitan dengan mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas (vivid), biasanya perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan atau harga diri; terbangunnya dapat terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh kedua masa tidur.
 Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar penuh dan mampu mengendalikan lingkungannya
 Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu.
• Sangat penting untuk membedakan Mimpi Buruk dari Teror Tidur, dengan memperhatikan gambaran klinis yang khas untuk masing-masing gangguan.

• GANGGUAN PSIKOSEKSUAL

January 8, 2010

Memahami gejala – gejala penderita dengan gangguan psikoseksual serta mampu merujuk penderita ke Rumah Sakit atau ke Dokter Ahli
Gangguan Psikoseksual dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu :
 Gangguan difungsi seksual
 Gangguan diviasi / penyimpangan seksual

• Jenis – jenis gangguan penyimpangan seksual
 Homoseksual khusus untuk laki – laki
 Lesbian khusus untuk perempuan
 Fedophilia
 Zoofilia / Bestiality
 Fetisishism
 Transvestism
 Voyeurism
 Transexualism
 Sadomasochesm
 Exhibitionism
• Perkembangan Psikoseksual  Freud
 Fase Oral  0 – 2 tahun
 Fase Anal  2 – 3 tahun
 Fase Falik  3 – 5 tahun
Fase Oedipus Compleks  pada anak laki – laki
Fase Electra Compleks  pada anak perempuan
Psikodinamika terjadinya Gangguan Penyimpangan Seksual
dipengaruhi oleh faktor :
• Organobiologik ( genetik ) Faktor keturunan
• Psikologik adanya fiksasi pada Fase Oedipus Compleks

Faktor Stressor Psikososial yang berat :
Narapidana dari lapas sering berperilaku homoseksual / lesbian akibat tidak ada penyaluran seksual
• Dampak buruk penderita dengan penyimpangan seksual
 Kekerasan seksual
Sodomi pada anak

 Penyebaran penyakit kelamin
Seperti : – Gonorhea
– Sipilis
– HIV / AIDS

 Korban akan mengalami gangguan Emosional  Depresi
gangguan tingkah laku lainnya
• Pencegahan
 Dari keluarga
Orang tua harus memberi perhatian, kasih sayang pada anak.
Awasi anak – anak supaya tidak bergaul sembarangan

 Masyarakat
Awasi kalau ada orang asing / siapapun yang berdomisili baru dengan memberikan sesuatu kepada anak secara berlebihan

 Pemerintah harus menekan kemiskinan, pendidikan di daerah / desa miskin. Anak yang jadi korban kekerasan seksual.

ADIKSI

January 8, 2010

PENGERTIAN
• NARKOBA : Narkotika dan Obat berbahaya (bahasa populer)
• NAPZA : Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (Bahasa Medis)
• Narkotika : Opioid Heroin (putaw)
Morfin
Codein
Petidin
Metadon sintetis
Cocain
Ganja/Hasis/Marijuana
Shabu-shabu
• Psikotropika : Amphetamin
Benzodiasepin
• Zat adiktif lain : Nikotin
Kafein
Definisi :
Misuse
Abuse
Adict
Dependence
Intoxication
Toleransi
Withdrawal
Craving
Psikodinamika Ketergantungan akan zat

1. Faktor organo-biologik, genetik
Faktor keturunan
Defisit Neurotransmitter

2. Faktor Psikologis – peran pola asuh
Fiksasi fase oral
Kepribadian antisosial

3. Faktor Sosio kultural/lingkungan
Stres, keluarga tidak bahagia
Maraknya peredaran gelap dari NAPZA
oleh karena penegakan hukum lemah
GEJALA-GEJALA (1)
GEJALA-GEJALA (2)
GEJALA-GEJALA (3)
GEJALA-GEJALA (4)

ATTENTION – DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER

January 8, 2010

• PENDAHULUAN
• Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) /
Ggn Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas (GPPH)
• ADHD adalah gangguan psikiatrik pada anak yang paling banyak dijumpai.
• Prevalensi:
* 3% – 5% (populasi anak usia sekolah) ~ Kriteria
Dx DSM – IV.
* 10% – 20% (populasi anak di sekolah dasar);
* 26,2% (anak SD di DKI) (Saputro, 2004)
• Gangguan ini memiliki berbagai label dan kriteria diagnosis sesuai dg perubahan latar belakang hipotesis etiologi.

• Prevalensi pada anak usia sekolah & remaja

• ADHD / GPPH merupakan gangguan psikiatrik paling banyak pada anak
• Pada semua golongan sosioekonomi
• Anak laki-laki : anak perempuan= 3 – 6 : 1
• Angka prevalensi tergantung pada usia anak dan alat diagnostik yg dipakai (usia makin dewasa angka prevalensi makin rendah)
• Dari berbagai penelitian: 1.7 – 17.8% tergantung pada:
– informan (orangtua / guru)
– kultur
– derajat gangguannya
• + 75% dari anak juga disertai gg.psikiatri lain mis:
– gg. Sikap menentang 40%
– gg. Kecemasan 34%
– gg. Emosi/mood 4%
– gg. Belajar 34%
– gg. Tingkah laku 14%
– gg. Penggunaan zat 14%
– gg. Tik 11%
• 35 – 50% kasus ADHD berlanjut ke masa remaja dan dewasa.
• Dampak ADHD
• Akibat gejala ADHD thd anak yakni:
– prestasi sekolah buruk
– gg. sosialisasi
– status pekerjaan rendah
– risiko gg. Penggunaan zat meningkat
– risiko kecelakaan meningkat

• Akibat gejala ADHD thd keluarga:
– menimbulkan stres & depresi pada keluarga
– keharmonisan keluarga terganggu
– perubahan status pekerjaan (pindah pekerjaan 4%,
jam bekerja menurun 44%, perubahan jadwal bekerja 21%,
berhenti bekerja 10% , lain-lain)
• Akibat ADHD thd perkembangan anak:
a. usia prasekolah ( 25 th)  gagal melaksanakan
pekerjaan, kurang PD, masalah hubungan interpersonal,
gg pengguna zat & mdh terjadi kecelakaan.
• Etiologi
etiologi ADHD sesungguhnya belum jelas diketahui, namun didukung kuat oleh:
 Faktor Genetik
– Keluarga keturunan pertama anak ADHD twin  5 X lebih
banyak menderita ADHD dp keluarga normal.
– angka kejadian ortu kandung anak ADHD lebih banyak
dp ortu angkat anak ADHD.
– angka kejadian ADHD untuk identical twin  50 – 98%
lebih tinggi dp dizygote twins.
– bbrp penelitian, anak ADHD  variasi dari dopamin
receptor gene (DRD 4 gene).
– + 29% anak, remaja, org dws dg ADHD  DRD4 gene dg
7 repeat allele.
• 2. Faktor neurobiologis
• Penelitian dg Computerized Tomography (CT) & Magnetic resonance imaging (MRI)mendukung adanya pengaruh gg perkemb. Neurologis bbrp tempat di otak berfungsi abnormal, yi:
– regio cortex prefrontalis
– cortex frontalis kanan
– cerebellum
– corpus callosum
– 2 area ganglia basalis (globus pallidus & nucleus caudatus)
• Komunikasi dlm otak pd area diatas menggunakan neuro-transmitter dopamin dan noradrenalin.
Anak ADHD terjadi hipofungsi Dopamin & noradrenalin.
• Faktor psikososial
• Temperamen anak hiperaktif.
• Pendidikan ibu yg rendah, kelas sosio ekonomi yg rendah dan orangtua tunggal  penyebab timbulnya gejala ADHD ~ pola komunikasi yg buruk antara ibu – anak (lebih sering marah & konflik kronis) shg keakraban keluarga menurun.
• Ibu yg mengalami depresi (kurang peka, kurang akrab, banyak bermusuhan & tidak setuju dg tingkah laku anak)
 memberikan pola asuh yg buruk pada anak shg memperberat konflik keluarga.
• Attention Deficit / Hyperactivity Disorder (DSM – IV)

• Pola perilaku tidak mampu memusatkan perhatian dan / atau hiperaktivitas-impulsivitas secara persisten tampak lebih sering dan lebih berat pada seorang anak dibandingkan usia perkembangannya.
• Menimbulkan kegagalan dalam fungsi kehidupan sosial dan akademik atau penderitaan yg nyata.
• Assessment (1)
• Perlu data dari berbagai sumber
– dari rumah
– dari sekolah
– dari tim:
* tenaga medis (psikiater, pediater, saraf anak,
mata, THT)
* psikolog
* guru
* social worker

• Assessment (2)
 Wawancara dgn orangtua dan anak:
– Riwayat perkembangan anak
– onset
– riwayat medis (anak, mata, THT)
– riwayat sekolah / belajar
– masalah dalam keluarga
– riwayat kekerasan pada anak
– riwayat keluarga
 Evaluasi pada anak:
– wawancara & pemeriksaan status mental
– pemeriksaan fisik
• Assessment (3)
• Data-data lain:
– Informasi keadaan di sekolah
– Wawancara anggota keluarga yang lain
(selain orangtua)

• Pemeriksaan lain dgn skrining :
– dengan Conners Teacher Abbreviated rating
scale & Conners Parent Rating Scale.
– pemeriksaan psikologis & paedagogis.
• Kriteria diagnostik
Berdasarkan kriteria DSM – IV :
 Bila didapatkan 6 (enam) atau lebih gejala inatensi, atau 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas yang menetap minimal 6 (enam) bulan dengan derajat yang menimbulkan maladaptasi atau tidak sesuai dgn tingkat perkembangan.
 Beberapa gejala sudah ada sebelum usia 7 tahun.
 Beberapa gejala muncul di dua atau lebih situasi yang berbeda misalnya di sekolah dan di rumah.
 Harus ada bukti jelas adanya gangguan bermakna dlm bidang sosial, akademis atau pekerjaan.
 Gejala tidak muncul pd saat perjalanan gangguan psikiatri lainnya.

• A. Inatensi
 Sering gagal memberikan perhatian penuh sampai terperinci atau selalu berbuat kesalahan saat melakukan aktivitas pekerjaan di sekolah, tempat pekerjaan atau aktivitas lain.
 Sering mengalami kesukaran dalam mempertahankan perhatian dalam tugas tertentu atau aktivitas bermain (mudah bosan)
 Sering tampak tidak mendengarkan bila diajak bicara secara langsung kepadanya.
 Sering tidak mengikuti perintah secara sungguh-sungguh dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan rumah tangga atau kewajiban di tempat pekerjaan (hal ini bukan disebabkan karena sikap menentang atau kurang memahami isi perintah)

• A. Inatensi
 Sering mengalami kesukaran dalam mengatur tugas-tugasnya dan aktivitasnya.
 Sering menghindar, tidak menyenangi atau segan melakukan tugas-tugas yang membutuhkan perhatian mental yang cukup lama (misalnya pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah).
 Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas atau aktivitas tertentu (misalnya pensil, alat-alat sekolah, buku, alat permainan dsb.)
 Sering perhatian mudah teralih oleh rangsangan di luar.
 Sering lupa melakukan aktivitas sehari-hari (membersihkan rumah, mencuci piring).
• B. Hiperaktivitas
 Sering gelisah dgn tangan atau kaki atau sering bergerak-gerak saat duduk.
 Sering meninggalkan tempat duduk saat di dalam kelas atau situasi lain di mana duduk diam diperlukan atau diharapkan.
 Sering lari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yg tidak sesuai (tak bisa diam)
 Sering mengalami kesukaran mengikuti permainan atau aktivitas yg membutuhkan ketenangan (main catur, halma dsb).
 Selalu dlm keadaan bergerak atau sering melakukan aktivitas seolah-olah mengendarai sepeda motor.
 Sering berbicara berlebihan.
• C. Impulsivitas
 Sering cepat menjawab sebelum pertanyaan selesai diutarakan
 Sering sukar menunggu giliran bermain
 Sering interupsi saat diskusi atau mengganggu permainan saat pertandingan (menyela pembicaraan, mengacau permainan anak lain)
 Sering berbicara berlebihan yang tidak sesuai dengan respon tatanan sosial (ICD X)

• Hiperactivity disorder (ICD – 10)
• Pada ICD – 10, kriteria gg. Hiperkinetik secara garis
besar ekuivalen dengan ADHD ( C ) pada DSM-IV.

• Kriteria lebih sempit dan ketat dibandingkan DSM-IV.
• KRITERIA DIAGNOSTIK
• Berdasarkan kriteria DSM-IV : (terlampir)
• Tipe :
– ADHD, tipe kombinasi
– ADHD dengan kesukaran memusatkan perhatian sebagai gejala yang menonjol
– ADHD, dengan hiperaktivitas-impulsivitas sebagai gejala yang menonjol
• Gambaran klinis
Karakteristik gejala :
 Hiperaktivitas
 Gangguan motorik perseptual
 Labilitas emosional
 Defisit koordinasi menyeluruh
 Gangguan atensi
 Impulsivitas
 Gangguan daya ingat dan proses pikir
 Kesulitan belajar spesifik
 Gangguan bicara dan pendengaran
 Gejala neurologis samar & gambaran EEG yang tidak teratur
• KONSEKUENSI

• DIAGNOSIS BANDING (1)
Pada anak :
 Perkembangan tingkah laku yang normal
 Gangguan perilaku menentang
 Retardasi mental
 Gangguan perkembangan pervasif
• DIAGNOSIS BANDING (2)
Pada Remaja :
 Gangguan tingkah laku
 Perilaku anti sosial pada remaja
 Gangguan kepribadian ambang
 Penyalahgunaan zat
 Skizofrenia
• DIAGNOSIS BANDING (3)
Pada anak semua usia :
 Gangguan belajar/perkembangan/bahasa, mis : disleksia
 Gangguan Afektif
 Gangguan cemas
 Gangguan tik/Taurette
 Epilepsi, migren, hipertiroidisme
 Gangguan pendengaran
 Gangguan yang ada hubungannya dengan obat, mis: obat asma, anti histamin, anti konvulsan
 Problem hubungan Ortu-anak
• KOMORBIDITAS (1)
• Gangguan tingkah laku
• Gangguan perilaku menentang
• Gangguan / kesulitan belajar
• Gangguan cemas
• Gangguan mood
• Gangguan komunikasi dan bahasa
• Gangguan koordinasi
• Gangguan tik
• Sindroma taurette
• KOMORBIDITAS (2)
 Gangguan tingkah laku
 ± 50% dari anak dengan impulsivitas & hiperaktivitas
 Harus diberi diagnosis sendiri
 Gejala yang sering muncul : mencuri, main api, berbohong, lari dari rumah, penyalahgunaan zat
 Pada anak usia prasekolah: sering dalam bentuk agresivitas
 10 % pada saat anak masuk sekolah
 50 % pada usia ± 10 tahun
 30 % pada remaja

• PERJALANAN PENYAKIT (1)
• Inatensi & Impulsivitas : 15-20% sampai dewasa

• Kesulitan belajar sering menetap

• Bila gejala menetap sampai remaja  resiko tinggi timbul gangguan tingkah laku

• 50 % anak dengan Gg. Tingkah laku  Gg. Kepribadian anti sosial dan Gg. Penyalah-gunaan zat

• 66 % mempunyai minimal satu gejala ADHD saat dewasa

• IQ > rendah
• PERJALANAN-PENYAKIT (2)
• 30-40 % : Menjadi dewasa normal
• 40-50 % : Hiperaktif + problem sosial / emosional
• 10 % : Gangguan psikiatrik yang berat & anti sosial
(Lily Hechtman, 1990)
• PENATALAKSANAAN (1)
Penatalaksanaan holistik anak ADHD:
• Farmakoterapi (medikamentosa)
• Terapi perilaku
• Kombinasi pengobatan medika-mentosa dengan terapi perilaku
• Psikoedukatif pasien dan keluarga mengenai anak ADHD.

• PENATALAKSANAAN (2)
FARMAKOTERAPI
Tujuan :
 Menghilangkan gejala inatensi, impulsivitas, hiperaktivitas
 Meningkatkan kinerja akademis / sosial yang optimal
• PENATALAKSANAAN (3)
STIMULANSIA
 Obat pilihan utama pada ADHD
 Cara kerja :
– Simpatomimetik
– Katekolaminergik
Dengan melepas dopamin atau menghambat reuptake pada terminal presinaptik
 Memperbaiki hiperaktivitas, inatensi, distraktibilitas, impulsivitas dan memori jangka pendek pada ± 75% kasus
 R/ Methylphenidate (Ritalin)

• PENATALAKSANAAN (4)
ANTIDEPRESAN
 Merupakan obat pilihan kedua
 Cara kerja :
Dopaminergik, serotoninergik, noradrenergik
 Jenis antidepresan :
– Serotonin-spesifik reuptake inhibitor

• PENATALAKSANAAN (5)
• KLONIDIN
Untuk GPP/H + Gg. TIK  hasil 96%
• BUSPIRONE
Untuk GPP/H + Agresivitas
• ANTIKONVULSAN
Pada bbrp kasus  hiperaktivitas
• ANTIPSIKOTIK
• NEUROTROPIK
R/ Piracetam
membantu aktivitas kognisi, metabolisme otak, mikrosirkulasi

• PENATALAKSANAAN (6)
PSIKOEDUKATIF
Tujuan :
Membantu anak ADHD secara efektif dlm mengembangkan proses belajar
 Pendidikan remedial
 Intervensi dini
 Pelatihan khusus
• PENATALAKSANAAN (7)
TERAPI KOGNITIF DAN PERILAKU
Tujuan :
Agar anak ADHD mempunyai perilaku yang adaptif
 Self kontrol
 Keterampilan sosial
 Pelatihan pada orang tua
 Relasi orang tua – anak

Farmakoterapi + terapi perilaku : 96% perbaikan perilaku (hiperaktif), prestasi akademik & fungsi sosial